Assalamualaikum,
Disaat sibuk merencanakan tarbiyah untuk orang lain,kita seringkali lupa untuk mentarbiyah diri kita sendiri.Kita selalu kecundang bila berhadapan dengan diri sendiri.Jadi,posting kali ini adalah untuk mengingatkan diri sendiri dan kawan-kawan yang sentiasa berada di arena tarbiyah agar kita sama-sama insaf dan memperbaiki diri sendiri.Semoga Allah beri kekuatan pada diriku agar tidak hanya pandai berbicara melampaui tindakan.Amin.
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab? Maka tidaklah kamu berpikir?”[AlBaqarah 2:44]
Jika melihat pada Quran terjemahan, al-kitab dalam ayat di atas dirujuk sebagai kitab Taurat yg diturunkan kepada Bani Israil sebagai peringatan agar jangan mengabaikan kewajipan ke atas diri sendiri kepada kebaikan khususnya kepada mereka yang meniti medan penyeru insan lain kepada kebaikan.
Walau ayat di atas ditujukan kepada Bani Israil, namun ALLAH meletakkan ayat ini juga dalam sebuah kitab bagi umat akhir zaman agar menjadi panduan dan penilaian bagi setiap pendakwah yang menjadi penolong agama-Nya supaya tidak mengulang sejarah sikap yang sama seperti kaum-kaum terdahulu.
Namun hakikatnya, seringkali terjadinya pelbagai kisah-kisah pendakwah yang tidak terlepas daripada melakukan kemungkaran dan kemaksiatan hingga memburukkan seruan dakwahnya sendiri.
Berapa banyak ayat-ayat Al-Quran membicarakan tentang amal-soleh yang harus diutamakan dalam menjadi penyebar risalah Ilahi ini, amal soleh yang bukan sekadar melakukan solat, puasa, zakat dan pelbagai ritual ibadah yang lain, tetapi jua termasuk menghindarkan diri dari segala kemungkaran yang ALLAH murkai, jika amal soleh dianggap lengkap dengan mengerjakan kebaikan semata-mata, maka pastinya amal soleh itu terlalu sempit maknanya. Tujuan amal soleh juga seharusnya dapat menjauhkan kita dari melakukan kemaksiatan kepada-Nya, begitulah matlamat solat yang kita kerjakan saban hari.
“…Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar….”[Al Ankabut 29:45]
Sebaik-baik perkataan adalah menjadi penyampai kepada insan lain agar kembali kepada Rabb yang mentadbir segala yang ada di sekalian alam ini, tidak cukup dengan seruan dakwah tanpa adanya amal soleh yang sejati, sebelum layak menggelar dirinya seorang Muslim yang tunduk pada perintah dan larangan-Nya.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"[Fushshilat 41:33]
Timbanglah amal dirimu sebelum kamu menghitung amal insan lain, adalah diantara beberapa nasihat Umar r.a, yang pastinya lebih hebat dan teguh imannya dalam dakwah kepada-Nya, yang seringkali bertanyakan sahabat yang mengetahui siapakah orang-orang munafik di zamannya, adakah dirinya salah seorang daripada mereka, Andai seorang yang telah dijanjikan syurga saat dirinya masih hidup, masih lagi merasa bimbang dan gusar termasuk di kalangan orang yang munafik, siapalah kita untuk menyombongkan diri daripada menghitung dan merenung segala dosa-dosa yang telah kita lakukan. Berapa banyak amal-amal kebaikan yang telah kita lakukan, adakah cukup untuk menyelamatkan diri dari siksa-Nya, apatah lagi jika di sebalik kebaikan-kebaikan itu disertai dengan keburukan-keburukan amal kita yang nyata dan tersembunyi.
Lantaran itu berhati-hatilah kepada penyeru dakwah, jangan kita terlalu mengikut perasaan menyatakan kesedihan kita melihat jauhnya Islam ini dari jiwa umat dengan kata-kata yang melampaui batas yang Islam ajarkan, janganlah kebencian kita kepada musuh-musuh Islam menyebabkan lidah kita berbicara seenaknya dengan sebutan-sebutan yang tidak kena pada tempat, masa dan orangnya. Jika sembahan-sembahan orang kafir sahaja Islam tidak benarkan kita memakinya sesuka hati, lantaran kejahilan mereka hingga dikhuatiri mereka akan memaki ALLAH diluar batasannya, lalu segala cacian kita pada saudara seaqidah dan seiman dengan kita harus lebih dinilai kembali jika yang berbeza hanya sekadar wasilah yang digunakan, pandangan yang dipegang dan medan yang didakwahi. Seharusnya kita bimbang jika segala cacian itu akan kembali kepada empunya diri yang mengatakannya lalu menjadi asbab gagalnya dakwah yang kita sebarkan.
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”[Al An’aam 6:108]
Seringkali bagi para pendakwah membaca ayat As Saff, sebagai panduan dakwahnya, mengharap dijauhkan dari kemurkaan besar dari-Nya kerana kata-kata dakwah yang hanya indah kabar dari realiti dirinya sendiri. Biarlah kita sering menangis mengenang kekurangan dan dosa-dosa yang kita pikul daripada sering ketawa melihat kelemahan dan dosa orang lain, lebih menyedihkan lagi jika disertai kebencian kepada insan lain yang dianggap tidak sebulu dan sefikrah dengan dakwah yang kita serukan.
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”[As Saff 61:2,3]
Kubawakan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam buku 40 hadis Penawar Hati, agar setiap pendakwah termasuk diri yang serba kekurangan dalam meniti tarbiyah dakwah ini menyedari tidak semestinya menjadi penyeru dakwah telah membuatkan kita mendapat tiket ke syurga-Nya, tetapi kemungkinan besar tiket ke neraka-Nya menjadi buah hasil dakwah kita sendiri kerana saat insan lain mendengar seruan dakwah kita, namun rupanya diri kita sendiri terlupa untuk mendengar dan menghayati setiap seruan dakwah kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran yang kita sampaikan di setiap pengisian tarbiyah kita. Perhatikan dan jagalah dirimu sebaiknya kerana dirimu begitu berharga buat umat yang mendambakan dakwah-Nya.
“Daripada Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haristah r.anhuma berkata: “Aku mendengar RasuluLLAH saw bersabda: “Akan didatangkan seorang lelaki pada hari qiamat nanti lalu dilemparkan ke dalam api neraka sehingga terkeluarlah isi perutnya kemudian lalu ia berpusing (di tengah-tengah unggunan api neraka) seperti berpusingnya seekor keldai di tempat penggilingan gandum. Para penghuni neraka terkejut melihat kejadian ini lalu mereka segera berhimpun di sekelilingnya sambil berkata kepadanya: “Hai Fulan! Mengapa engkau jadi begini? Bukankah dahulu (sewaktu di dunia) engkau suka menyuruh orang berbuat kebaikan dan melarang mereka daripada kemungkaran?. Lalu orang itu menjawab: “Ya benar. Dahulunya saya suka menyuruh orang lain berbuat kebaikan tetapi saya tidak melakukannya , dan saya suka melarang orang lain daripada kemungkaran, tetapi saya sendiri melakukannya”
Sekadar peringatan buat diri dan sahabat, bukan untuk menakutkan tika meniti jalan ini, cuma sebagai motivasi untuk membetulkan segala kesilapan yang pernah kita lakukan kerana selagi hayat dikandung badan, yakinlah ALLAH sentiasa membuka pintu taubat kepada hamba-hamba-Nya, lebih-lebih lagi ketika kita mula menghampiri bulan penuh keberkatan dan keampunan tidak berapa lama lagi. Jangan berhenti berharap agar ALLAH tetapkan hati kita pada ketaatan pada perintah dan larangan-Nya, semoga syurga-Nya menjadi balasan atas amal-amal dakwah kita dan mengampunkan amal dosa-dosa kita yang lalu. Amiin
Wallahu’alam
Dipetik daripada:
Mohd Halimi Abdul Aziz
Mencari Sinar
Tuesday, December 23, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment